Minggu , Desember 15 2024

Pertanyaan seputar puasa

Pertanyaan dari group Tausiyah Whatss app
Ust Tommy, afwan.. ana mau tanya, apabila kondisi sebelum hamil akhwat ini kondisi selalu lemah dan sering pingsan, sekarang akhwat ini alhamdulillah sudah hamil, kondisinya juga masih lemah dan tidak memungkinkn untuk berpuasa, Apakah tetapi harus mengqadha’ dengan puasa atau boleh mmbayar fidyah? Dan untuk mengqadha’ atau mmbayar fidyah tersebut waktunya kenapa ust?atau ada waktu – waktu tertentu?
Mohon penjelasannya, Jazakallah ust Tommy

Bismillahi, Ibu Fitria yang dirahmati Allah terkait dengan ibu yang sedang hamil atau menyusui terkategori sebagai seseorang yang berhak mendapatkan rukhsah dengan mengqadha puasanya dilain hari. Para ulama ikhtilaf apakah ia mengqadha puasa nya saja tanpa harus membayar fidyah atau ia harus mengqadha dan membayar fidyah.

  1. Pendapat Madzhab Maliki dan Hanafi:

Wanita hamil dan menyusui jika berbuka, kelak wajib mengqadha’nya. Tidak perlu berturut – turut ketika mengqadha’nya. Ulama Maliki menambah, wanita menyusui diwajibkan membayar fidyah, sedangkan wanita hamil tidak.

  1. Pendapat Madzhab Hanbali dan  Syafi’i:

Wanita hamil dan menyusui yang berbuka puasa, kelak wajib mengqadha’nya tanpa membayar fidyah. Tetapi jika kekhawatirannya itu tertuju kepada diri anaknya saja, maka selain qadha juga wajib fidyah.

Walau bagaimanapun, berdasarkan ayat ini : Maka jika di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka wajib baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain.(QS.Baqarah: 184) hukumnya adalah wajib membayar fidyah kepada orang miskin bagi orang – orang  yang tidak mampu mengerjakan puasa.

Ibn Abbas r.a berkata, Ayat ini walaupun dimansukhkan, namun hukumnya tetap untuk orang yang sangat tua, lelaki atau perempuan, yang tidak mampu berpuasa, maka ia harus memberi makan seorang miskin setiap harinya.(HR. Bukhari).

Diriwayatkan dari Ikrimah bhw Ibnu Abbas berkata, Ayat tersebut diberlakukan bagi wanita hamil dan yang sedang menyusui.

Membayar fidyah adalah dengan takaran sebanyak 1 mud berdasarkan sebuah riwayat dari Ibn Abbas,
Barangsiapa tlh sangat tua yang tidak sanggup berpuasa Ramadhan, maka ia memberi fidyah sehari sebanyak 1 mud gandum” (HR. Bukhari). Riwayat senada dikeluarkan oleh Imam Al-Baihaqi dari sahabat Ibnu Umar.

Mud adalah ukuran takaran (bukan berat) yang setara dengan berat 544 gram gandum (al-qamhu).[Abdul Qadim Zallum, al-Amwal fi Daulah al-Khilafah, hal. 62]. Jadi jika meninggalkan puasa selama sehari, wajib membayar fidyah sebanyak 1 mud, jika 2 hari wajib 2 mud dst.

Jadi, wanita hamil dan menyusu hanya wajib membayar fidyah tap tidak wajib mengqadha’puasa. Ini dikuatkan lagi dengan hadist berikut: Ucapan Ibnu Abbas r.a : Wanita yang hamil dan wanita yang menyusui apabila khawatir atas kesihatan anak – anak mereka, maka boleh tidak puasa dan cukup membayar fidyah memberi makan orang miskin.(HR. Abu Dawud).

Wallahu a’lam

Tentang Tommy Abdillah

Founder Majelis Ilmu Ulin Nuha, Founder Rumah Tahfidz Al-Quran Ulin Nuha Medan, Praktisi Ruqyah Syar'iyyah As-syifa' Medan, Admin Taushiyah Group Whatsapp, Penulis buku Taushiyah Group BBM, Taushiyah Senja.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *