KITA boleh punya cita-cita dan mengupayakannya, tapi takdir yang menentukan. Begitulah sedikit kata bijak yang tertulis besar di dinding kamarku, dengan cat hitam bapakku menorehkannya. Awalnya tidak mengerti secara khusus maksud dari tulisan tersebut, justru merasa risih karena dinding terlihat kotor.
Tapi semakin lama terbaca, semakin paham ini adalah sebuah nasihat. Bahwa dalam setiap keinginan tugas kita adalah merencanakan dan mengupayakan, untuk hasil akhirnya ditentukan oleh Allah SWT.
Tentu dalam konsep ini berkaitan erat dengan kekuatan tawakkal. Lalu bagaimana ketika pasrah diri datang? Menghadapi hasil yang tidak kita ketahui standarnya. Pastikan semua itu terjadi ketika kita sudah memiliki DUIT (Doa, Usaha, Ikhlas, Tawakkal).
Pasrah diri ketika sudah melalukan usaha adalah kekuatan, doa ibarat tambahan kekuatan, ikhlas dan tawakkal adalah keyakinan kepada Allah SWT sebagai penguatnya. Sedangkan pasrah diri sebelum berdoa adalah kesombongan, tanpa usaha adalah kelemahan, tanpa keikhlasan dan tawakkal adalah kehampaan.
Firman Allah SWT : “… Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri…” (Q.s. Ar-Rad : 11)
“Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu…” (Q.s. Ghafir : 60)
“Barangsiapa bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (Keperluan)nya.” (Q.s. Ath-Thalaq : 3)
Ketika pasrah diri itu datang semoga tawakkal dan setiap usaha yang disertai doa usai terlaksana, semoga keikhlasan menerima hasil selalu ada. Ya Allah, jauhkan kami dari penyakit mental yang akan menghambat usaha dan doa yaitu rasa putus asa, dan berhenti berusaha. Hasbunallah wa ni’mal wakil, ni’mal maula wa ni’man nashir. Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung.