Seorang ibu tergesa-gesa mendatangi supermarket yang baru dibuka pagi itu. Entah disadari atau tidak, semua orang memandangnya dengan penuh keheranan dan iba. Karena dibelakangnya, seorang anak kecil terseret-seret berlari dengan makanan ringan berjatuhan di tangannya.
Rupanya, sang anak berusaha menyamai langkah ibunya yang sibuk mengejar potongan harga. Ibu itu tak mau tahu kalau anaknya belum selesai menghabiskan makanan.
Terkadang kita menuntut atau mengejar sesuatu tanpa mempertimbangkan perasaan dan keadaan orang lain yang ada di sekeliling. Bahkan, anggota keluarga sendiri sekali pun. Semua terlewatkan demi mengejar keinginan dan kepuasan sendiri.
Tidaklah berlebihan jika kemudian keluar istilah manusia-manusia robot sudah banyak berseliweran di antara kita. Secara fisik dia adalah seorang manusia. Namun, hatinya sedingin dan sekaku robot. Tak mampu berempati. Merasakan bagaimana suasana hati orang lain yang berada di sekelilingnya.
Dari Abu Hamzah bin Malik, Rasulullah saw bersabda: “Tidak beriman salah seorang diantara kalian sampai ia mencintai bagian saudaranya seperti apa yang ia cintai bagi dirinya sendiri. “ (HR. Bukhari & Muslim).
Islam mengajarkan agar kaumnya memiliki jiwa empati terhadap sesama dan lingkungan sekitarnya. Karena dengan membangun sikap empati akan menumbuhkan kasih sayang. Menjadi lebih peka terhadap penderitaan orang lain.