Pelajaran Hadist Hari Ini : Rasulullah SAW mewajibkan zakat fithri dengan satu sho’ kurma atau satu sho’ gandum bagi setiap muslim yang merdeka maupun budak, laki-laki maupun perempuan, anak kecil maupun dewasa. Zakat tersebut diperintahkan dikeluarkan sebelum orang-orang keluar untuk melaksanakan shalat ‘ied.(Hr.Bukhari).
Note : Assalamu’alaikum Wr.wb. Saudaraku seiman, menunaikan zakat fithri adalah wajib bagi setiap muslim pada hari berbuka /tidak berpuasa lagi dari akhir bulan Ramadhan. Zakat Fithri sendiri berasal dari kata ifthor, artinya berbuka/tidak berpuasa. Zakat ini disandarkan pada kata fithri krn fithri/tidak berpuasa lagi adalah sebab dikeluarkannya zakat tersebut.(Kitab Al-Mawsu’ah Al-Fiqhiyah, Jilid 2/8278). Zakat fithri ditunaikan dalam bentuk makanan pokok seprti gandum, kurma, jagung, beras dll sesuai dengan konteks hadist diatas. Bolehkah Mengeluarkan Zakat Fithri dengan Uang? Ulama mazhab Malikiyah, Syafi’iyah dan Hanabilah berpendapat bahwa tidak boleh menunaikan zakat fithri dengan uang yang senilai dengan zakat karena tidak ada satu pun dalil yang menyatakan dibolehkannya hal ini. Sedangkan ulama mazhab Hanafiyah berpendapat bolehnya zakat fithri diganti dengan uang. (Kitab Shahih Fiqh Sunnah Jilid II Bab Zakat). Imam Abu Daud mengatakan, Imam Ahmad ditanya dan aku pun menyimaknya. Beliau ditanya oleh seseorang, Bolehkah aku menyerahkan beberapa uang dirham untuk zakat fithri? Jawaban Imam Ahmad, Aku khawatir seperti itu tidak sah. Mengeluarkan zakat fithri denganuang berarti menyelisihi perintah Rasulullah Saw. Pensyari’atan zakat pada masa Rasulullah Saw telah ada mata uang dinar dan dirham tapi Rasulullah dan para sahabat tidak pernah menunaikan zakat fithri dalam bentuk uang. Adapun mengqiyaskan bila seluruhnya ditunaikan denganbahan makanan pokok maka tidak dapat dibelanjakan dengan kebutuhan yang lain adalah perkara yang didasari pada asumsi akal manusia yang terbatas sebab perintah zakat fithri adalah bahan makanan pokok. Pada akhirnya perbedaan/khilafiyah dalam perkara – perkara fiqh furu’iyah tidak dapat dihindarkan dan kita selaku muqallid ‘am boleh mengikuti pendapat para imam mazhab sesuai dengan keyakinan dan kekuatan hujjah dalil masing – masing.
Wallahu a’lam
By : Tommy Abdillah