Kamis , April 25 2024
JalanDakwah.info

Seputar Hukum Shalat Sunat Tarawih dan Shalat Witir

Pelajaran Ayat Al-Qur’an Hari Ini :

Dan pada sebahagian malam hari bershalat tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu, mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.(QS.Al-Israa’:79).

 

Assalamu’alaikum Wr.Wb. Saudaraku seiman, Alhamdulillah tanpa terasa kita telah melalui 11 hari berpuasa dibulan Ramadhan pada tahun ini. Semoga kita masih tetap semangat menjalani ibadah puasa Ramdhan ditambah dengan berbagai macam amalan – amalan sunnah nafilah agar kita kelak berhasil dibentuk menjadi pribadi mukmin yang bertaqwa. Tausiyah group WA pagi ini akan membahas tentang hukum shalat sunat tarawih dan shalat sunat witir sebab masih ada diantara kaum muslimin bertanya – tanya tentang hukum keduanya. Menegakkan Shalat tahajud atau tarawih dan shalat witir di bulan Ramadhan merupakan amalan yang sunnah. Bahkan orang yang menegakkan malam Ramadhan dilandasi dengan keimanan dan mengharap pahala dari Allah akan diampuni dosa – dosa yang telah lalu. Tarawih merupakan bentuk jamak dari kata tarwihah. Secara bahasa berarti jalsah/duduk. Kemudian perbuatan duduk pada bulan Ramadhan setelah selesai shalat malam 4 rakaat disebut tarwihah karena dengan duduk itu orang – orang bisa beristirahat setelah lama melaksanakan qiyam Ramadhan.

Para ulama sepakat tentang hukum anjuran untuk shalat tarawih. Sementara menurut madzhab hanafiyah, hambali dan sebagian malikiyah, shalat tarawih hukumnya sunah yang sangat ditekankan/mu’akad. Shalat ini dianjurkan bagi lelaki dan wanita. Dan shalat ini termasuk syi’ar agama islam yang sangat nampak. (Ref : Al-Mausu’ah Al-FiqhiyahvAl-Kuwaitiyah, 27/137).

 

Shalat tarawih dianjurkan untuk dilakukan berjamaah di masjid karena Rasulullah SAW juga melakukan hal yang sama walaupun hanya beberapa hari saja. Pasca wafatnya Rasulullah SAW, pada masa Khalfiah Umar bin khatab r.a menyerukan mengerjakan shalat sunat tarawih dilakukan secara berjama’ah dimesjid. Hal ini sebagaimana disebuntukan dalam sebuah hadits dari Nu’man bin Basyir rahimahullah, ia berkata: Kami melaksanakan qiyamul lail bersama Rasulullah SAW pada malam 23 Ramadhan sampai sepertiga malam. Kemudian kami shalat lagi bersama beliau pada malam 25 Ramadhan sampai separuh malam. Kemudian beliau memimpin lagi pada malam 27 Ramadhan sampai kami menyangka tidak akan sempat mendapati sahur.” (HR.Nasa’i, Ahmad, Al-Hakim, Shahih). Tata cara pelaksanaan shalat tarawih dan jumlah rakaatnya para ulama ikhtilaf ada yang berpendapat dikerjakan 2 rakaat-2 rakaat, ada yang 4 rakaat-4 rakaat dengan jumlah 8 rakaat, 10 rakaat, 20 rakaat bahkan 36 rakaat, kemudian ditutup dengan shalat witir sebanyak 3 rakaat. Masing – masing pendapat memiliki hujjah dalil sehingga diperbolehkan untuk mengamalkannya sesuai dengan keyakinan pendapat yang diambil.

 

Bagaimana dengan shalat witir yang sudah dikerjakan pada shalat tarawih, apakah masih boleh shalat tahajud dirumah?

Dalam perkara ini para ulama juga ikhtilaf dengan 2 pendapata : 1. Mengatakan bahwa boleh melakukan shalat sunnah lagi sesukanya, namun shalat witirnya tidak perlu diulangi. 2. Mengatakan bahwa tidak boleh melakukan shalat sunnah lagi sesudah melakukan shalat witir kecuali membatalkan shalat witirnya yang pertama, kemudian dia shalat dan witir kembali.

Shalat sunat witir adalah shalat penutup malam sehingga dianjurkan untuk menjadikan shalat witir sebagai penghujung shalat malam. Berdasarkan hadist dari Abdullah bin Umar r.a, Nabi SAW bersabda, Jadikanlah akhir shalat kalian di malam hari dengan shalat witir.(HR.Bukhari 998 dan Muslim 749). Pendapat pertama  yang dipilih oleh mayoritas ulama seperti ulama – ulama Hanafiyah, Malikiyah, Hanabilah, pendapat yang masyhur di kalangan ulama Syafi’iyah dan pendapat ini juga menjadi pendapat An Nakho’i, Al Auza’i dan ‘Alqomah. Mengenai pendapat ini terdapat riwayat dari Abu Bakr, Sa’ad, Ammar, Ibnu ‘Abbas dan ‘Aisyah. Aisyah r.ah menceritakan mengenai shalat malam Nabi SAW, Nabi SAW biasa melaksanakan shalat 13 raka’at (dalam semalam). Beliau melaksanakan shalat 8 raka’at kemudian beliau berwitir (dengan 1 raka’at). Kemudian setelah berwitir, beliau melaksanakan shalat 2 raka’at sambil duduk. Jika ingin melakukan ruku’, beliau berdiri dari ruku’nya dan beliau membungkukkan badan untuk ruku’. Setelah itu di antara waktu adzan shubuh dan iqomahnya, beliau melakukan shalat dua raka’at.” (HR. Muslim no. 738)

Kemudian hadist dari Ummu Salamah, beliau mengatakan bahwa Nabi SAW pernah melakukan shalat 2 raka’at sambil duduk setelah melakukan witir (HR. Tirmidzi).

Kesimpulan

Dari pembahasan kali ini, ada beberapa pelajaran yang bisa kita ambil.

Pertama, bolehnya melakukan shalat sunnah lagi sesudah shalat witir.

Kedua, diperbolehkannya hal ini juga dengan alasan bahwa shalat malam tidak ada batasan raka’at sebagaimana dikatakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah (Majmu’ Al Fatawa, 22/272).

Jika kita telah melakukan shalat tarawih ditutup witir bersama imam masjid, maka di malam harinya kita masih bisa melaksanakan shalat sunnah lagi. Sehingga tidak ada alasan untuk meninggalkan imam masjid ketika imam baru melaksanakan shalat tarawih 8 raka’at dengan niatan ingin melaksanakan shalat witir di rumah sebagai penutup ibadah atau shalat malam. Ini tidaklah tepat karena dia sudah merugi karena meninggalkan imam sebelum imam selesai shalat malam. Pada hal pahala shalat bersama imam hingga imam selesai shalat malam disebuntukan dalam hadits, Siapa yang shalat bersama imam sampai ia selesai, maka ditulis untuknya pahala qiyam satu malam penuh. (HR. Ahmad).

Dikutip dari berbagai macam sumber.

Wallahu a’lam

By : Tommy Abdillah

 

Tentang Tommy Abdillah

Founder Majelis Ilmu Ulin Nuha, Founder Rumah Tahfidz Al-Quran Ulin Nuha Medan, Praktisi Ruqyah Syar'iyyah As-syifa' Medan, Admin Taushiyah Group Whatsapp, Penulis buku Taushiyah Group BBM, Taushiyah Senja.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *