Selasa , November 12 2024
JalanDakwah.info

Kisah Kesedihan Rasulullah dan Marahnya Malaikat Penjaga Gunung

Bisa dikatakan, kecintaan umat muslim kepada sang panutan Nabi Muhammad Saw merupakan cinta yang sejati. Bagaimana tidak, tanpa pernah bertemu, bertatap muka, kita bisa begitu menyayanginya, mengagumi sosoknya.

Hanya melalui kisah-kisahnya tentangnya lah rasa rindu padanya bisa sedikit terobati.

Kisah berikut mengisahkan tentang masa-masa yang amat membuat Rasulullah Saw begitu bersedih. Perasaan pilu tersebut melebihi kesedihannya ketika Rasul akan dibunuh pada perang Uhud.

Bahkan Nabi mengatakan jika tidak ada yang paling menyedihkan dalam hidupnya selain hari itu. Ternyata kesedihan ini justru menjadi kemarahan malaikat penjaga gunung. Sampai-sampai, malaikat tersebut ingin mengangkat dua gunung lalu menghimpitkannya ke Kota Mekkah. Seperti apa kisahnya? Berikut ulasannya dilansir dari Infoyunik.

Disebutkan dalam Shahih Bukhari Volume 4 hadist nomor 3231 Istri Rasulullah SAW Aisyah ra bertanya kepada Rasulullah SAW “Adakah hari dalam hidupmu yang lebih buruk dari pada hari perang Uhud?” Yang manakah hari terburuk dalam hidupmu?

Rasulullah SAW menjawab, Ya, itu adalah hari Aqabah di Thaif.

Ketika Rasulullah menyampaikan pesan Islam kepada penduduk Thaif, mereka justru menimpukinya dan mereka tidak mendengarkan pesannya dan mereka tidak mematuhi Rasulullah dan beberapa riwayat mengatakan mereka menimpukkinya dengan batu. Ini adalah hari terburuk dalam hidupnya.

Lalu ketika Rasulullah berbaring dengan wajahnya menghadap matahari dan tiba-tiba Dia melihat segumpal awan kelabu meneduhi kepalanya. Dan ketika Beliau menengadah, Rasulullah melihat malaikat Jibril a.s. Malaikat Jibril a.s berkata:

“Allah telah menyaksikan apa yang mereka lakukan kepadamu, dan bagaimana perlakuan mereka kepadamu. Jadi Allah telah mengutus malaikat penjaga gunung untuk membantumu,”

Kemudian Malaikat Jibril a.s memanggil malaikat penjaga gunung. Ketika malaikat penjaga gunung datang, Ia berkata kepada Rasulullah SAW, “Tuhanmu telah mengutusku, dan kami telah mendengar dan menyaksikan apa yang dilakukan orang-orang kepadamu. Perintahkanlah apa yang harus kulakukan. Apapun katamu akan ku lakukan. Apa kau ingin aku mengangkat dua gunung di Kota Mekkah? Sehingga orang-orang itu akan remuk karena terhimpit gunung itu?“

Rasulullah SAW menjawab “Tidak, aku lebih mengizinkan jika Allah SWT menjadikan keturunan dari orang-orang ini, generasi orang-orang setelah ini menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya”

MasyaAllah, bayangkanlah Nabi bersabda bahwa ini merupakan hari terburuk dalam hidupnya. Bayangkan jika ini hari terburuk dalam hidup kita dan seseorang ingin menolongmu dan berkata “Aku dapat menghancurkan mereka” Tapi di sini Rasulullah menjawab “Jangan hancurkan mereka” Beliau justru menginginkan agar keturunanan mereka tidak mengikuti mereka dan beriman kepada Allah.

Disebutkan dalam Shahih Bukhari Volume 8 hadist nomor 6397 bahwa seseorang menghampiri Rasulullah dan berkata “Penduduk Daus mereka tidak setuju dengan pesan Islam dan mereka menolak pesannya mengapa kau tidak mengutuk penduduk Daus ini?”

Dan sahabat mengira bahwa sekarang Rasulullah akan mengutuk penduduk Daus. Tapi Rasulullah SAW justru berdoa kepada Allah “Ya Allah, tuntunlah penduduk Desa Daus sehingga mereka dengat dengan kami. Berilah hidayah, berilah petunjuk”. Dan Rasul tidak mengutuk mereka.

Begitulah teladan Nabi, selalu sabar dalam segala kondisi. Hal ini tentu akan sangat sulit direalisasikan pada masa kini. Dimana sebagian kita, lebih memilih marah dan benci.

Tentang Agus Waldiono

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *