Lelaki ini luar biasa. Dijodohkanlah dia dengan seorang wanita pilihan ibunya. Tak ada cinta di hatinya, namun dia cinta pada ibunya. Cintanya kepada sang ibu meluluhkan hatinya sampai tak mampu menolak setiap kehendak ibunya yang tak melanggar syari’at. Menikahlah dia dengan wanita itu dan berupayalah dia untuk mencintai istrinya sepenuh jiwa.
Menurut pengetahuannya, cinta tak mesti tumbuh dari pandangan pertama karena begitu banyak kisah yang mengajarkan fakta bahwa cinta kadang tumbuh di persimpangan jalan. Banyak cinta yang tumbuh dari pandangan pertama menjadi layu pada pandangan ketiga, sebagaimana banyak cinta yang tumbuh di pertengahan jalan menjadi abadi sampai titik akhir ujung jalan.
Rupanya, nasib baik belum berpihak padanya. Wanita yang dinikahinya dan diupayakan untuk dicintai sepenuh jiwa tak cukup akar untuk disiram dan dipupuk. Karakternya jauh dari yang diduga, kebiasaannya di luar yang disangka. Hampir semua orang yang memandang pasangan ini selalu geleng kepala tanda tak sepakat mereka berjodoh karena ketidakserasian dan ketidakseimbangannya. Lelaki ini diam saja dan menutup deritanya dengan senyuman.
Ada seorang lelaki memancing komentar sang suami tentang isterinya itu. Dia menjawab: “Dia adalah kehormatanku, tak layak bagiku mencederainya walau ada aib di dalam dirinya.” Akhirnya tiba juga perceraian untuk mereka berdua. Datanglah beberapa orang menanyakan tabiat mantan isterinya itu. Lelaki itu menjawab: “Sekarang dia adalah wanita yang tak ada dalam tanggunganku. Tak pantas saya berbicara tentangnya.”
Lelaki terbaik adalah dia yang menjaga kehormatan isterinya dan pantang membuka aibnya bahkan ketika telah tak terikat perkawinan dengannya. Demikian pula wanita terbaik. Jalani hidup sebagai bagian cerita yang harus dilalui. Pungutlah hikmah yang ada karena tak ada takdir yang tak menyimpan pesan hikmah.
Sumber : akhwatindonesia.net