Selasa , November 12 2024
JalanDakwah.info

Melatih Anak Menghadapi Susah (2)

MENURUT Prof. Rhenald Kasali, jika dia mengajarkan pemasaran internasional hanya sebatas duduk diam di dalam kelas, maka mahasiswanya hanya akan mendapatkan teori belaka. Oleh sebab itu mahasiswanya diwajibkan pergi ke luar negri seorang diri. Karena kalau pergi berkelompok, kebanyakan anak lainnya hanya menggantungkan pada satu atau dua orang yang berpengaruh.

Pada awalnya banyak terjadi kendala ketika menerapkan aturan ini. Asistennya melaporkan, ada mahasiswa yang sudah mepet dengan hari H tapi belum mendapat dana. Kemudian Prof. Rhenald Kasali menjawab, “Tidak apa-apa, biarkan saja dia berusaha, nanti kalau sudah hai H dan uangnya masih kurang dikit bisa kita tombokin”

Tidak hanya masalah dana, mahasiswa yang dari keluarga berada pun juga menghadapi kendala lain. Ada yang tersesat, salah alamat dan badannya nyaris membeku karena saat itu musim dingin. Orang tua pun banyak yang komplain. Namun Prof. Rhenald Kasali mengatakan, “Biarkan, beri anak itu waktu. Jangan rampas hak mereka untuk memecahkan masalahnya sendiri.”

Akhirnya misi tersebut berhasil. Hampir setiap anak bisa pergi ke luar negri. Malah ada yang kecanduan untuk pergi jalan-jalan ke luar negri lagi dan lagi. Ada pula dari mereka yang akhirnya sukses menjalin kerja sama dengan institusi pemerintah untuk memasarkan produk Indonesia dengan menggelar lapak pameran di berbagai Negara. Jadi mereka bisa bekerja sambil jalan-jalan. Sekembalinya dari luar negri anak- anak itu nampak lebih percaya diri. Mereka nampak lebih percaya diri karena telah berhasil menyelesaikan kesulitan terbesarnya seorang diri.

Mungkin kebanyakan kita tidak sadar jika kita kerap kali mengkerdilkan jiwa anak anak dengan sikap tidak tegaan. Termasuk tidak tega membiarkan anak menghadapi masalahnya sendiri. Selain tidak tega, salah satu hal yang menyebabkan seorang anak tidak mandiri adalah kurang sabar. Orang tua kurang sabar mendampingi anak berproses sedari dini.

Semisal ketika anak masih umur empat tahun, kita kurang sabar menunggu anak itu menyuap makananannya sendiri, karena baju yang jadi belepotan dan waktu yang lebih lama. Sejak kecil biasakan anak untuk bisa bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Makan sendiri, menyiapkan buku sendiri, mencuci baju dan piringnya sendiri. Termasuk menyelesaikan sendiri konflik sosialnya, semisal menangani pertengkaran dengan temannya atau ketidakharmonisan dengan gurunya secara mandiri.

Tentang Agus Waldiono

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *