Minggu , Desember 15 2024
JalanDakwah.info

Selepas Kita Pergi

BEBERAPA  hari lalu membaca kisah sujud syukurnya Rasulullah SAW ketika mendapat kabar meninggalnya seseorang. Dalam hati menebak-nebak, siapa orang itu? Seberapa buruk dan jahatnya dia semasa hidup, hingga manusia semulia Rasulullah SAW sampai bersujud syukur—salah satu ungkapan syukur terbesar—ketika mengetahuinya tutup usia? Ternyata dia adalah Abu Jahal. Nama yang tak asing lagi tentunya bagi kita yang suka mendengar shirah perjuangan Rasulullah SAW dalam memperjuangkan Islam pada zamannya.

Pertanyaannya, dengan tindak-tanduk kita selama ini jika suatu saat, ajal menghampiri. Apa yang akan orang lain kenang tentang kita? Bagaimana kebanyakan reaksi orang-orang ketika mendengar berita kematian kita? Bersedihkah? Atau justru ada yang sampai sujud syukur, seperti kisah Rasulullah SAW di atas?

Kita hidup mencari ridho Allah itu betul. Tidak ada yang salah akan hal itu. Namun, hidup tak melulu soal Hablumminallah … ada kualitas Hablumminannas juga yang perlu kita perhatikan.

Apakah selama ini kita lebih sering menebar kebahagiaan dan senyum terhadap orang-orang sekitar kita, atau justru sebaliknya?

Apakah orang lain merindukan kehadiran kita kalau kita pergi? Atau malah mensyukurinya?

Apakah orang mengharapkan bisa bertemu kita lagi setelah berpisah dengannya? Atau malah mengharapkan takkan pernah bertemu lagi setelahnya?

Apa selama ini kita dikenal sebagai penebar fitnah, penyubur dengki, pengadu domba, atau menjadi sosok yang menyejukkan, mendamaikan dan gemar menebar manfaat bagi sekitarnya?

Tak perlu dijawab.
Hanya cukup direnungkan dengan baik.
Agar ke depannya kita lebih hati-hati dalam berpikir, berbicara dan bersikap pada orang lain.

Tentang Agus Waldiono

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *