Kamis , April 25 2024

Politik Islam : Mengoreksi Penguasa

بسم الله الرحمن الرحيم

Pelajaran Hadist Hari Ini :

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda,

أَفْضَلُ الْجِهَادِ، كَلِمَةُ عَدْلٍ عِنْدَ سُلْطَانٍ جَائِرٍ

Artinya : ”Seutama-utama jihad adalah menyampaikan kalimat yang adil (haq) kepada penguasa (sulthan) yang zalim.” (HR.Abu Dawud no.4.346, Tirmidzi no. 2.265, dan Ibnu Majah no 4.011).

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Saudaraku seiman, Segala puji hanyalah milik Allah Subhana wa ta’ala. Shalawat & salam senantiasa tercurahkan kpd Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, kpd para keluarganya, sahabat2 nya & ummatnya yg istiqomah diatas sunnahnya hingga hari kiamat. Tausiyah group WA & BBM pagi ini akan membahas tentang politik Islam yaitu mengoreksi penguasa penguasa sbg seutama2 jihad.

Sistem politik Islam berbeda dgn sistem politik yg lainnya sprti Demokrasi, Monarki, Kekaisaran, Federasi atau Teokrasi. Hal ini disebabkan oleh perbedaan asas yg melandasinya & perbedaan ide serta orientasinya. Asas politik Islam adl tauhid & aqidah Islam, sementara ide pemikirannya adl Syari’at Islam yg bersumber dari Al-Quran & Al-hadist serta orientasinya adl utk meraih ridho Allah SWT.

Didlm sistem politik Demokrasi yg menganut Trias Politika menjadikan legislatif sbg lembaga wakil rakyat yg bukan hanya berfungsi sbg legislasi (pembuat hukum) semata akan tp jg sbg lembaga kontrol thp lembaga eksekutif (check & balance).

Prof.Miriam Budiarjo menjelaskan, badan legislatif berkewajiban utk mengawasi aktivitas badan eksekutif agar supaya sesuai dgn kebijaksanaan yg tlh ditetapkannya. Pengawasan dilakukan melalui sidang panitia legislatif & melalui hak2 kontrol yg khusus sprti hak bertanya, interpelasi, hak angket & mosi tak percaya.
(Ref : Dasar-dasar ilmu politik, PT.Gramedia, hal 184).

Didlm politik Islam seorang Khalifah (penguasa) bukanlah orang yg otoriter yg anti thp kritik dari rakyatnya sebab seorang Khalifah adl wakil ummat utk mengurusi urusan kehidupan manusia & sekaligus penjaga aqidah & syari’ah. Seorang Khalifah jg bukan manusia suci yg terlepas dari kesalahan maupun dosa sebagaimana keyakinan orang2 Syi’ah thp imamnya. Sistem Khilafah adl sistem pemerintahan yg berasal dari Allah SWT akan tp yg menjalankannya adl manusia yg sangat berpotensi melakukan kelalaian, kealfaan ataupun dosa.

Salah satu bentuk aktivitas politik Islam adl melakukan koreksi thp kebijakan penguasa ketika menyimpang dari prinsip2 ajaran Islam. Aktivitas ini dpt dilakukan oleh individu, jama’ah maupun lembaga representatif ummat (majelis ummat). Aktivitas mengoreksi penguasa bagian dari aktivitas menyerukan yg ma’ruf & mencegah dari yg mungkar. Rasulullah SAW bersabda,

مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيمَانِ .( رواه مسلم)

Artinya :“Barangsiapa diantara kamu yg melihat kemungkaran maka hendaklah ia mengubahnya dgn tangannya, jika ia tdk mampu maka dgn lidahnya, jika tdk mampu maka dgn hatinya & itulah selemah2 iman “(HR.Muslim).

Mengutip Ulasan Ust.Syamsudin ramadhan, Hukum mengoreksi penguasa (muhasabah li alhukkam) adl fardhu atas kaum muslimin. Benar, seorang penguasa wajib ditaati walaupun mrk melakukan kedzaliman & memangsa hak2 rakyat. Akan tp taat kpd penguasa lalim bukan berarti meniadakan kewajiban melakukan koreksi atas diri mrk atau berdiam diri thp kemungkaran mrk.(Ref : Panduan lurus memahami Khilafah Islamiyyah menurut kitab kuning).

Mengoreksi Penguasa Bukan Ghibah.

Mengkritik penguasa di muka umum hukumnya boleh & tdk termasuk ghibah yg dilarang dlm Islam. Dalilnya ada dua yaitu :

1. Dalil2 mutlak mengenai kritik kpd penguasa bagian dari aktivitas amar ma’ruf & nahyi mungkar sprti hadist :

أَفْضَلُ الْجِهَادِ، كَلِمَةُ عَدْلٍ عِنْدَ سُلْطَانٍ جَائِرٍ

Artinya : ”Seutama2 jihad adl menyampaikan kalimat yg adil (haq) kpd penguasa (sulthan) yg zhalim.” (HR. Abu Dawud no.4.346).

Dalil ini mutlak, yakni tanpa menyebut batasan tertentu mengenai cara mengkritik penguasa, apakah secara terbuka atau tertutup. Maka boleh hukumnya mengkritik penguasa secara terbuka, berdasarkan kemutlakan dalil tsb sesuai dgn kaidah ushul fiqh :

العطلق يجري على عطلق مالم يرد الدليل يدل على التقيد

Artinya : Dalil mutlak tetap dalam kemutlakannya, selama tidak ada dalil yang menunjukkan batasan/syarat). (Ref : M. Abdullah Al Mas’ari, kitab Muhasabah Al-Hukkam, hlm. 60).

Bolehnya mengkritik secara terbuka jg diperkuat dgn praktik para shahabat Nabi Muhammad SAW yg sering mengkritik para Khalifah secara terbuka. Diriwayatkan dari ‘Ikrimah r.a, Khalifah Ali bin Abi Thalibr.a tlh membakar kaum zindiq. Berita ini sampai kpd Ibnu Abbas r.a, maka berkatalah Ibnu Abbas r.a :

لو كنت أنا لم أحرقهم، لنهي رسول الله صلى الله عليه وسلم: لا تعذِّبوا بعذاب الله. ولقتلتهم، لقول رسول الله صلى الله عليه وسلم: من بدَّل دينه فاقتلوه

Artinya : ”Kalau aku, niscaya tdk akan membakar mereka krn Nabi SAW tlh bersabda, Janganlah kamu menyiksa dgn siksaan Allah (api) & niscaya aku akan membunuh mereka krn sabda Nabi SAW, Barangsiapa mengganti agamanya, maka bunuhlah dia.” (HR. Bukhari no. 6.524). Hadits ini jelas menunjukkan Ibnu Abbas tlh mengkritik Khalifah Ali bin Abi Thalib r.a secara terbuka di muka umum. (Ziyad Ghazzal, Masyru’ Qanun Wasa’il Al I’lam fi Al Daulah Al Islamiyah, hlm.25).

2. Adanya dalil2 bhw mengkritik penguasa yg zhalim tidaklah termasuk ghibah yg diharamkan dlm Islam. Imam Nawawi rahimahullahu didalam kitab Riyadhus Shalihin tlh menjelaskan banyak hadits Nabi SAW yg membolehkan ghibah2 tertentu sbg perkecualian dari hukum asal ghibah (haram).

Misalnya, hadits dari ‘A’isyah radhiyallahu ‘anha :

عن عائشة رضي الله عنها أن رجلاً استأذن على النبي صلى الله عليه وسلم، فلما رآه قال: (بئس أخو العشيرة، وبئس ابن العشيرة)

Artinya : “Seorang laki2 minta izin (untuk bertemu) Nabi SAW, kemudian Nabi SAW bersabda, Dia adl saudara yg paling jahat bagi keluarganya atau anak yg paling jahat di tengah2 keluarganya.”(HR. Bukhari no 5.685 & Muslim no.2.591).

Hadits ini menunjukkan Nabi SAW telah melakukan ghibah, yaitu menyebut seseorang di hadapan umum lantaran kejahatan orang itu.

Berdasarkan dalil2 semacam ini, para ulama tlh menjelaskan bhw ghibah di hadapan umum kpd orang yg jahat, termasuk jg penguasa yang zalim, hukumnya boleh. Imam Ibnu Abi Dunya rahimahullahu meriwayatkan pendapat Ibrahim An Nakha`i (seorang tabi’in) yg berkata :

ثلاث لا يعدونه من الغيبة : الامام الجائر والمبتدع والفاسق المجاهر بفسقه

Artinya : Ada tiga perkara yg tdk dianggap ghibah oleh mereka (para shahabat), yaitu; imam yg zalim, orang yang berbuat bid’ah & orang fasik yg terang2 an dgn perbuatan fasiknya.

Imam Al-Hasan Al-Bashri rahimahullahu berkata :

ثلاث ليس لهم غيبة : صاحبهوىوالفاسق المعلن بالفسق والامام الجائر

Artinya : Ada tiga orang yg boleh ghibah padanya, yaitu; orang yg mengikuti hawa nafsu, orang fasik yg terang2 an dgn kefasikannya & imam yg zhalim.” (Ibnu Abi Dunya, kitab Al-Shumtu wa Adabul Lisan, hlm. 337 & 343).

Memang ada ulama yg mengharamkan mengkritik pemimpin secara terbuka berdasar hadits Iyadh bin Ghanam, bhw Nabi SAW berkata

من أراد أن ينصح لسلطان بأمر فلا يبد له علانية ولكن ليأخذ بيده فيخلو به فإن قبل منه فذاك وإلا كان قد أدى الذي عليه له

Artinya : ”Barangsiapa hendak menasehati penguasa akan suatu perkara, janganlah dia menampakkan perkara itu secara terang2 an tp peganglah tangan penguasa itu & pergilah berduaan dengannya. Jika dia menerima nasehatnya, itu baik, kalau tdk, orang itu tlh menunaikan kewajibannya pd penguasa itu.” (HR.Ahmad, Al Musnad, Juz III no. 15369).

Namun hadits ini dha’if shg tdk boleh dijadikan hujjah krn 2 alasan : 1. Sanadnya terputus (inqitha’) & 2. Ada periwayat hadits yg lemah, yaitu Muhammad bin Ismail bin ‘Iyasy. (M. Abdullah Al Mas’ari, Muhasabah Al Hukkam, hlm. 41-43).

(Ref : http://hizbut-tahrir.or.id/2014/12/07/bolehkah-mengkritik-penguasa-di-muka-umum/).

Wallahu a’lam

By : Tommy Abdillah

Mari raih amal soleh dgn share tulisan da’wah ini. Barakallahu fiikum.

Tentang Tommy Abdillah

Founder Majelis Ilmu Ulin Nuha, Founder Rumah Tahfidz Al-Quran Ulin Nuha Medan, Praktisi Ruqyah Syar'iyyah As-syifa' Medan, Admin Taushiyah Group Whatsapp, Penulis buku Taushiyah Group BBM, Taushiyah Senja.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *