Minggu , Desember 15 2024
JalanDakwah.info

Memahami Tujuan Surat Al Kahfi (3-Habis)

C. PESAN INDAH DARI SURAT AL KAHFI

Setelah membahas macam-macam ujian kehidupan; mulai dari ujian kepercayaan, harta, ilmu dan kekuasaan, Allah gambarkan bagaimana agar terjaga dari ujian-ujian tersebut.

1. Al Quran dan penjagaannya.

Sebagaimana surat Al Kahfi yang diawali dengan pujian bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al Quran dan Dia tidak mengadakan di dalamnya kebengkokan.

Lalu surat ini juga ditutup (ayat kedua dari terakhir) dengan permisalan Kalimat-Nya. Bahwa sekiranya lautan menjadi tinta untuk menuliskan Kalimat-kalimat Allah, maka itu tidak akan cukup meski didatangkan tambahan sebanyak (lautan) itu pula.

Sungguh besar mukjizat yang satu ini. Segala kabar yang disampaikan tentangnya cukuplah menjadikan ia pedoman dan penjagaan bagi hidup kita.

2. Bersahabat dengan orang-orang sholih.

“Dan bersabarlah kamu bersama orang-orang yang menyeru Rabb-mu di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhoan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (sebab) mengharapkan perhiasan dunia; dan janganlah kamu mengikuti mereka yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami serta menuruti hawa nafsunya, sedang keadaan mereka melampaui batas.”

Saya rasa ayat ke 28 dari surat Al Kahfi ini sangat cukup menjelaskan kita agar membersamai kawan yang senantiasa melabuhkan hati dan tindaknya kepada Allah.

3. Mengingat hakikat dunia yang sementara.

Di dalam ayat ke 45, Allah perumpamakan kehidupan dunia ini sebagaimana air yang Ia turunkan dari langit. Lalu tumbuhan-tumbuhan di muka bumi karenanya menjadi subur. Ini terjadi begitu cepat. Lihatlah apa yang kemudian Allah sampaikan setelah itu?

“Maka tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. Dan adalah Allah, Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

Ya, hidup ternyata sesingkat ini. Dalam kitab Khowathir Quraniyah dijelaskan bahwa penggunaan huruf penghubung (ف) pada ayat ini berartikan kata sambung yang menunjukkan urutan yang cepat.

4. Mengingat keadaan di akhirat kelak.

“Dan (ingatlah) akan hari (yang ketika itu) Kami perjalanakan gunung-gunung, dan kamu dapat melihat bumi itu datar dan Kami kumpulkan seluruh manusia, dan Kami tidak tinggalkan seorang pun dari mereka.

Dan mereka akan dibawa ke hadapan Rabb-mu dengan berbaris. (Allah berfirman), ‘Sesungguhnya kamu datang kepada Kami, sebagaimana Kami menciptakan kamu pada pertama kali; bahkan kamu menganggap bahwa Kami tidak akan menetapkan bagi kamu (waktu berbangkit untuk memenuhi) perjanjian’.

Dan diletakkan kitab (catatan amal), lalu engkau akan melihat orang yang berdosa ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan berkata, ‘Betapa celaka kami, kitab apakah ini, tidak ada yang tertinggal yang kecil dan yang besar melainkan tercatat semuanya,’ dan mereka dapati (semua) apa yang telah mereka kerjakan (tertulis). Dan Rabb-mu tidak mendzolimi seorang jua pun.”

5. Bersikap tawadhu dan sabar terhadap ilmu.

Sebagaimana kisah Musa bersama Khidir. Tatkala Musa mengira dirinya yang lebih mengetahui soal ilmu, Allah pertemukan ia dengan Khidir.
Meski berstatus Nabi, Ulul Azmi, bahkan memiliki julukan Kalimullah (orang yang diajak bicara langsung oleh Allah), Musa tetap merendahkan hati di hadapan Khidir. Serta ingin mengikuti dan belajar dari ilmu-ilmu yang Khidir ahlikan.

“Musa berkata, ‘In syaAllah kamu akan mendapati aku sebagai orang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusan pun.’”

6. Senantiasa perbaiki niat.

Di paling akhir surat Al Kahfi, Allah mengingatkan kepada hamba-Nya, “Maka barang siapa mengharap pertemuan dengan Rabb-nya, hendaklah mengerjakan kebajikan dan janganlah dia mempersekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada-nya.”

Dari ayat ini, juga kembali kita ingat akan syarat diterimanya sebuah amal, yaitu yang ‘benar’ sesuai dengan petunjuk Nabi lagi tidak menyekutukan-Nya (ikhlas). Semoga Allah mudahkan kita berbuat kebajikan-kebajikan di hidup ini, yang membuah Jannah serta bahagia berjumpa dengan-Nya.

Aamiin.

Demikian rangkaian catatan Memahami Tujuan Surat Al Kahfi. Tiada penutup lebih indah selain perbanyak istighfar. Mari berlindung kepada Allah dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyuk, dari jiwa yang tak pernah kenyang, dan dari doa yang tak berjawab.

Tentang Agus Waldiono

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *